Sabtu, 01 Oktober 2011

Anak Lanang yang Tak Mau Pulang

Anda pernah mendengar lagu tradisional Jawa berjudul Caping Gunung ? Ah, pasti banyak sekali yang tidak mengenal lagu itu. Sebagian karena “anti lagu” sehingga tidak tahu lagu apapun, sebagian lagi karena tidak mengenal budaya daerah, sehingga hanya mengenal lagu yang nge-pop saja.
Sebagai anak desa, jaman saya masih kecil dulu sangat sering mendengar lagu Caping Gunung dinyanyikan warga desa. Bapak dan ibu saya juga menyanyi lagu ini untuk “rengeng-rengeng” saat di rumah atau di sawah. Kini, setelah menjadi tua, sayapun tinggal di kampung. Lahir di kampung, sekarang tinggal menetap di kampung. Saya tetap menjadi orang kampung dan menikmati kehidupan kampung.

Suatu ketika saya berjalan di tengah kampung, terdengar lagu Caping Gunung dari radio di rumah seorang warga. Ingatan saya kembali ke masa-masa kecil saya bersama orang tua di kampung yang jauh dari keramaian kota. Konon, lagu ini dicipta oleh Gesang.
Lagu ini memiliki makna sangat mendalam bagi saya. Sebagai anak kampung yang terlahir di kaki gunung Lawu, saya merasakan pesan yang sangat kuat dari lagu ini. Jangan pernah melupakan kampung halaman. Jangan pernah melupakan orang-orang kampung yang ikut berjasa menghantarkan keberhasilan kita. Setelah sukses dan tinggal di kota, jangan menjadi orang yang lupa diri, tidak mengingat lagi masyarakat yang sangat berharap peran anak-anak kampung yang telah sukses bekerja di kota. Ayolah membangun desa, jangan lupa tengok desa asalmu. Bangun kemakmuran warga, bangun kesejahteraan mereka.

Episode Pertama. Bayangkan, ada seorang ibu tua tinggal di sebuah desa tertinggal, yang lebih dekat ke gunung. Saya memiliki ikatan emosi yang sangat kuat dengan kalimat “gunung” ini, karena saat kecil sering bermain di kaki gunung Lawu, daerah Tawangmangu, Kalisoro, Sekipan, Gondosuli dan sekitarnya. Saya sering menyaksikan budhe saya yang orang gunung, bekerja di ladang di lereng gunung Lawu. Menanam sayuran, memanen dan menjual ke pasar Tawangmangu.
Kembali ke cerita ibu tua. Dia punya anak lelaki yang sejak kecil diasuh dengan sepenuh kasih sayang. Dia relakan bekerja membanting tulang untuk bisa bertahan hidup, menyekolahkan anak lelakinya dari SD hingga SMA. Tak sedikit pengorbanan orang tua untuk sekolah anaknya, dengan harapan kelak akan bisa membahagiakan orang tua dan masyarakatnya.

Setelah lulus SMA, si anak pamit ke kota untuk mencari kerja. Tak ada saudara, tak ada teman, tak ada kerabat di kota, si ibu hanya melepas anak dengan doa semoga anaknya berhasil mendapatkan kerja. Saat berangkat, si anak berjanji akan kembali setelah berhasil mendapatkan kerja yang mapan.
Sebagai anak kampung, ia terbiasa hidup penuh kesulitan sehingga membentuk watak dan jiwa yang ulet. Akhirnya ia berhasil mendapat pekerjaan. Sambil bekerja, ia pun meneruskan kuliah sampai selesai. Prestasi kerja yang bagus membuatnya cepat meningkat karir. Jadilah ia seorang profesional muda yang sukses.

Namun si anak dengan kesibukan dan gaya hidup kota, tak sempat lagi memperhatikan kampung halamannya. Ia terlalu asyik dengan dunia kerja dan profesi yang ditekuni. Memang, sesekali ia menengok ibu tua di kampung gunung, namun bukan itu yang diharapkan si ibu. Ia berharap si anak memiliki perhatian untuk memajukan desanya agar semakin maju dan berkembang. Tidak menjadi desa yang tertinggal. Tapi si anak terlalu sibuk dengan urusannya.

Si ibu tetap merana di desa, masyarakat tetap miskin, gunung tetap terpinggirkan dan jauh dari kesejahteraan. Sesekali waktu si ibu merenung, menatap ke masa lalu saat sulitnya mendidik anak lelaki. Lalu dengan tubuh lemahnya ia memasak nasi jagung untuk si anak lanang, berharap ia akan datang dan menyantap nasi jagung masakannya. Ia pun siapkan caping gunung untuk dipakaikan kepada anaknya, agar si anak lanang berjalan-jalan melihat kondisi  kampung.
Tapi si anak lanang tidak pernah datang…..

Episode Kedua. Bayangkan ada anak kampung yang maju menjadi Calon Anggota Legislatif. Melalui sebuah parpol ia maju menjadi caleg tingkat pusat, berharap akan bisa membangun kampungnya lebih baik jika ada anggota legislatif dari kampung tersebut. Masyarakat bergerak semua mensukseskan si anak, dengan semangat penuh agar si anak bisa dihantarkan ke kursi dewan. Harapan telah tertanam, kelak kalau ada anggota legislatif, kampung gunung ini bisa maju dan terbuka. Masyarakat bisa sejahtera.

Dengan jerih payah seluruh masyarakat, akhirnya si anak kampung berhasil menjadi anggota DPR RI. Berbahagialah semua orang kampung, berharap akan segera terjadi keajaiban dan perubahan keadaan menjadi lebih baik.
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Si anak kampung yang kini anggota dewan pusat tak pernah muncul, tak kunjung datang. Janji tinggal janji, kampanye yang bertaburan janji sudah terlupakan. Ia menikmati gaya hidup baru sebagai seorang pejabat, tidak lagi mengenal rakyat yang bersusah payah memenangkannya.
Masyarakat gunung merenung. Meratapi kondisi yang tetap sulit. Dulu miskin, setelah ada anggota DPR dari kampungnya pun tetap miskin. Dulu hidup sulit, setelah berhasil mengusung seorang warga menjadi anggota DPR hidup tetap sulit. Jangankan memakmurkan gunung, datang berkunjung saja tak dilakukan. Kemana saja perginya si anak lanang ?

Suatu saat orang-orang gunung berkumpul, memasak nasi jagung berharap si anak lanang datang. Mereka akan bercerita, berkeluh kesah, tentang kehidupan dan kampung mereka. Si anak lanang telah disiapkan caping gunung untuk diajak berkeliling melihat kondisi kampungnya. Tapi si anak tidak datang pernah datang…..
Nasi jagung sampai dingin, caping gunung disimpan kembali….
Kasihan orang-orang gunung…… Mereka tetap miskin dan tidak sejahtera…..

Ini lirik lagu Caping Gunung :

Dhek jaman berjuang
njur kelingan anak lanang
mbiyen tak openi
ning saiki ana ngendi
Jarene wis menang
keturutan sing digadhang
mbiyen ninggal janji
ning saiki apa lali
Reff:
Neng gunung tak cadhongi sega jagung
yen mendhung tak silihi caping gunung
sokur bisa nyawang
gunung desa dadi reja
dene ora ilang
nggone padha lara lapa
Artinya:
Ketika masa berjuang
jadi teringat anak lelakiku
Dulu aku yang mengasuh
Namun sekarang entah di mana
Katanya sudah sukses
Terpenuhi apa yang diinginkan
Dulu dia berjanji
Namun sekarang apakah sudah lupa
Reff:
Di gunung aku sediakan nasi jagung
Kalau mendung aku pinjami caping gunung
Syukurlah jika sempat menyaksikan
gunung desa makin ramai
Hingga takkan hilang
perjuangan bersama dengan susah payah

Dalam sekali pesannya. Wahai anak-anak kampung dimanapun sekarang engkau berada, jangan lupakan warga masyarakatmu. Jangan lupakan kampung halamanmu. Jangan lupakan sejarah asalmu. Jangan durhaka kepada kampung tempat kelahiran dan tempat dibesarkanmu.
Banyak orang yang ikut berjasa menghantarkan keberhasilanmu. Banyak orang yang menantikan peranmu. Masyarakat desa perlu diberdayakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Jangan ada warga desamu kelaparan tak bisa makan, jangan ada warga desamu yang bodoh tak berpendidikan, jangan ada warga desamu yang sakit dan tak bisa melakukan pengobatan. Jangan ada warga desamu tak memiliki pekerjaan, jangan ada petani desamu kesulitan bibit untuk ditanam dan kesulitan pupuk untuk menyuburkan tanaman.

Anak-anak kampung dimanapun kini engkau berada, ayolah tengok kembali kampung halamanmu. Tengok simbah-simbah tua, tengok kakek nenek yang setia, tengok petani yang merana, tengok warga desa yang berharap sejahtera….. Jangan pernah kau lupakan jasa mereka, jangan sia-siakan harapan mereka, jangan ingkari kesetiaan mereka, jangan abaikan keinginan mereka…..
Ayo tengok mereka, berbuatlah sesuatu untuk mereka, dengarkan keluh kesah mereka, temani kesulitan mereka….
Nangis bener saya, sambil merinding, mengingat lagu Caping Gunung…….

Selasa, 27 September 2011

EKSELENSIA Training & Learning Center


 Mission Statement

“Mewujudkan kesuksesan, kebahagiaan dan keberkahan hidup baik didunia, apalagi/terutama di akhirat”

Visi :

Membangun pelatihan  yang terbaik dan terpercaya sebagai  sarana percepatan  dalam mencapai kehidupan  terbaik yakni kehidupan yang sukses bahagia dan berkah (SBB) baik didunia, apalagi/terutama di akhirat”

7  Pelatihan Utama Ekselensia
Training/Seminar/Workshop Ekselensia :

  1. Life Planning for Success & Happiness (Merencanakan Hidup Sukses & Bahagia)
  2. Quantum Learning  & Teaching (Kiat Dahsyat Teknik Belajar dan Mengajar)
  3. Get  Ur DREAM- Inspiring Seminar (Seminar "Get Ur Dream")
  4. Pelatihan “Sukses Ujian Sekolah” (Kiat Jitu Sukses Ujian Nasional)
  5. Spiritual Motivation Training- (IESQ Training) 
  6. Financial Planning (Cerdas dan Sukses Mengelola Keuangaan)
  7. smartEntrepreunership Training (Pelatihan jadi JURAGAN bukan BAWAHAN)

Jika ada mitra yang hendak dan berminat bekerjasama
sila hubungi ke :0812.27.568856

salam
Sukses Bahagia Berkah

Ekselensia Management
Jalan Lintas Timur KM 125
Kawasan Lempuing Jaya Kab. OKI
Palembang –Indonesia
www.ekselensia.blogspot.com
Phone : 081227568856
Email : ekselensia@yahoo.com

Sabtu, 24 September 2011

SALIM Business Group

SALIM Business Group (SBG)

"Kita dibatasi bukan oleh kemampuan kita, tapi oleh visi kita.” 
Jonathan Swift (1667—1745), pengarang dan sastrawan Irlandia"


MISSION Statement :

"Mewujudkan kehidupan terbaik yakni hidup sukses bahagia dan berkah (SBB) di dunia, apalagi/terutama di akhirat"

VISION :

"Membangun Bisnis Keluarga yang terbaik dan profesional dalam mencapai hidup  terbaik yakni hidup  sukses bahagia dan berkah  di dunia apalagi/terutama di akhirat"

MISSION :

Spiritual
Profesional
Profitsional

Bentuk Bisnis 2011-2015

1. Pelatihan    : Ekselensia Training & Learning Center
2. Kesehatan : Rumah Sehat Holistik Palembang-Indonesia
3. Ekonomi     : Muslimart (Buku, Alat sekolah, Baju muslim/ah, Batik dll)
4. Pendidikan : TK IT Ekselensia

 Powered By :

SALIM Business Group
Jln .Lintas Timur KM 125 Kawasan Lubuk Makmur, Lempuing Jaya,
Kab. Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan-Indonesia
Phone : 085643349734
Email    :salimgroup@yahoo.com

salam SBB

AHMAD RIFAI
(Founder & CEO SALIM Bussiness Group)

Minggu, 11 September 2011

Mencinta Sejantan Ali

Bismillah ....
[TIPS: Bacalah dengan lembut, penuh perenungan, dan penghayatan utk mendapatkan kelembutan hati]

Bila belum siap melangkah lebih jauh [PERNIKAHAN] dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam ...
karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ...
... kau ingin memuliakan dia bukan?
Muliakanlah ia dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang [PACARAN] ...
kau tak mau merusak kesucian dan kekhusyukan hatinya bukan?
Maka ....
Marilah "diam", cintailah cukup dalam diammu kawan ...

Tidak perlu ada ungkapan "I LOVE YOU"
Tidak perlulah ia tau ...
Tidak perlu ada SMS-an mesra, telpon-telponan, kencan jalan berdua-duaan ...
Tidak perlulah ia dapatkan ...

Cukuplah dalam khusyuknya DIAMmu kawan ...

karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu..
menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ...

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ...
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH pilihkan untukmu ...

Kawan ....
Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ?????
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ...
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah ....

INGATkah kisah cinta mereka itu kawan?
Mereka berdua saling cinta sejak dulu, namun mereka lakukan dalam diam ...
Tidak ada yang tahu ...
Hanya Rasulullah dan Allah saja yang tahu ...

Jika kalian lupa, akan aku ingatkan kembali ...
Kisah ini aku copy-paste dari Salim A. Fillah ...
Dengan judul ... -Mencintai Sejantan Ali-

===================================
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Ia tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.

Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.

’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”

’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.

”Ya. Engkau wahai saudaraku!”

”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”

”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”

”Entahlah..”

”Apa maksudmu?”

”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”

”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang ....
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab ...
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti ...
Seperti ’Ali ...
Ia mempersilakan ... [pertama]
Atau mengambil kesempatan ... [kedua]

Yang pertama adalah pengorbanan ...
Yang kedua adalah keberanian ...

Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya ...
=====================================

Inilah jalan cinta sejati di bawah koridor ajaran islam ...

Bagaima kawan?
Sungguh indah bukan contoh nyata dari penyaluran cinta yang syar'i?

Aku mengajakmu sekali lagi ...

Tak perlu kau buat ia berbunga-bunga sebelum waktunya ...
Tak perlu kau bercanda gurau dengannya ...
Jika kau melakukannya, ketahuilah kau harus siap menerima kenyataan bahwa kau tidak mencintainya ...
Karena sebenarnya kau hanya mencintai setan dan nafsumu untuk bercinta sebelum halal dengannya ...

Bercinta sebelum halal melabeli hubungan kalian ...
DOSA-lah yang akan kalian kumpulkan setiap detiknya ...
Dan untuk dosa-dosa yang kecil, bagi siapa yang menyepelekannya, hukumnya akan menjadi DOSA BESAR ... [Al-Hadist]

Lihatlah kawan ...
Coba renungkan sedikiiiiittt saja dengan hati nurani kalian ...
Biarkan nuranimu yang berbicara ...
Kurungkan bantahan atas pendapatmu sendiri ...

Mereka yang bercinta [PACARAN] sebelum halal bertahun-tahun ...
Bayangkan berapakah dosa-dosa kecil yang bagai buih itu kian menumpuk menjadi dosa besar ...

Mendekati Zina saja tidak boleh kawanku ...
Bagaimana mungkin kalian berani melakukannya ...
Membantah-Nya?
Melawan-Nya?

Cinta adalah fitrah ...
Tapi Penyaluran cinta yang salah, menghancurkan fitrah dan kesuciannya ...
Maka ...

Cukuplah Cintai Dalam Diam kawan ...
Lakukan kemudian rasakan maniiiiissssnya iman dalam dadamu ...

Cintailah Dalam Diam ...
karena dalam diammu tersimpan kekuatan ...
kekuatan harapan ...
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ...
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya ?????

Dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata ...
Jangan gusar kawan ...
biarkan ia tetap diam ...

Jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...

biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ...

Subhanallah....

(from : islah4B@yahoogroups.com)

Minggu, 07 Agustus 2011

Tips Wawancara untuk Lolos Melamar Pekerjaan

 Dalam proses seleksi melamar pekerjaan, wawancara sering kali dianggap mudah. Namun dalam sesi wawancara beberapa orang gagal mendapatkan pekerjaan yang didambakannya. Untuk itu sesi wawancara harus dipersiapkan dengan sunguh-sungguh.
Berikut tips rahasia sukses wawancara saat melamar pekerjaan;
1. Berapa gaji yang Anda minta?
Jawab: Sebutkan gaji yang besarnya realistis. Lihat mata pewawancara, sebutkan jumlah, dan berhentilah bicara. Jangan bohong tentang gaji yang Anda terima di kantor sebelumnya, bila Anda sudah bekerja. Bila Anda merasa bahwa gaji Anda di kantor yang sekarang terlalu kecil, berikan penjelasan.

2. Apa kelebihan utama Anda?
Jawab: Pilih potensi Anda yang relevan dengan bidang pekerjaan yang Anda lamar. Hindari respons yang generik seperti pengakuan bahwa Anda pekerja keras. Lebih baik, berikan respons berupa, “Saya selalu diperbudak daftar pekerjaan yang saya buat sendiri. Sebab, saya tidak mau pulang sebelum pekerjaan di kantor beres semua.”

3. Apa kekurangan Anda yang paling jelas?
Jawab: Jangan bilang Anda seorang perfeksionis (menunjukkan bahwa Anda sombong). Lebih baik, jujur saja dan sebutkan kelemahan yang kongkret. Misalnya, Anda lemah menghitung di luar kepala, dan karenanya Anda mengatasinya dengan membawa kalkulator. Tapi, kemudian, susul dengan kelebihan Anda.

4. Di mana Anda melihat diri Anda lima tahun lagi?
Jawab: Gambarkan posisi yang realistis. Kira-kira dua-tiga posisi di atas posisi yang Anda lamar sekarang. Jangan sertakan cita-cita yang tak ada hubungannya dengan lamaran pekerjaan Anda, misalnya, ingin jadi bintang sinetron atau jadi novelis. Sebab, Anda akan tampak tidak fokus.

5. Mengapa Anda ingin meninggalkan kantor yang lama?
Jawab: Jangan sampai mengemukakan hal yang negatif. Kalau kenyataannya begitu, ucapkan dalam kalimat ‘positif’, misalnya bahwa Anda tidak melihat ada ‘ruang’ di mana Anda bisa berkembang. Lalu, jelaskan mengapa Anda menganggap bahwa pekerjaan di kantor baru ini memberi kesempatan yang lebih baik.

6. Adakah contoh kegagalan Anda?
Jawab: Ungkapkan kegagalan yang pernah Anda alami, tapi yang sudah terpenuhi solusinya. Supaya, pewawancara tahu bahwa Anda punya usaha untuk mengatasi masalah

7. Apakah Anda punya pertanyaan?
Jawab: Berikan paling sedikit dua pertanyaan yang terfokus pada kantor baru ini. Misalnya, Anda bertanya apakah kantor ini sudah punya website. Atau, bisa juga Anda mempertanyakan kehadiran CEO yang Anda tahu baru saja diangkat – apakah membuat kinerja perusahaan semakin baik, dan semacamnya. Jangan bertanya tentang kepentingan Anda sendiri, misalnya, apakah karir Anda akan berkembang di sana.
Apa yang menjadikan seseorang selalu sukses untuk menggapai impiannya? Tampil beda dan memiliki keunggulan komperatif mungkin salah satu yang menjadikan Anda selalu berada di dalam posisi terdepan!
Termasuk dalam meraih karier dan mengungguli orang lain dalam mencari pekerjaan yang sesuai. Ada beberapa trik atau strategi yang perlu disiapkan agar Anda sukses dalam melewati tahapan untuk mengejar karier yang diidam-idamkan.
Modal nekat saja, pasti tak cukup.. Di sini juga anda bisa menemukan beberapa lowongan kerja yang mungkin tak ada salahnya jika anda mencobanya. (tslb)



Parenting

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Hubungan orang tua dan anak kian berjarak. Di Inggris, ada fenomena menarik: anak usia lima tahun tak tahu nama depan mereka, saking tak pernah hal-hal semacam itu diobrolkan dengan orang tua mereka. Bagaimana menjadi seorang ibu atau ayah yang lebih baik? Berikut kiat sebuah organisasi think tank Inggris yang mengkampanyekan pentingnya menjadi ortu yang lebih baik:

Setiap hari, orang tua harus didorong untuk membaca untuk anak-anak mereka selama 15 menit dan berbicara dengan mereka selama 20 menit sementara televisi dimatikan.
Mereka juga harus memuji anak-anak mereka jika mereka melakukan hal-hal baik dan sering bermain dengan mereka di lantai selama sepuluh menit dan memberikan makanan bergizi.
Penulis laporan, Chris Paterson, mengatakan bukti ilmiah menunjukkan bahwa apa yang orang tua lakukan dengan anak-anak mereka sangat penting dalam perkembangan otak dan keterampilan anak.
"Ada juga bukti kesenjangan yang signifikan  antara orang tua yang melakukan langkah sederhana di atas dengan yang tidak," katanya.
Orang tua, katanya, juga  harus mempelajari perkembangan anak karena  mereka akan tidak secara 'otomatis' tahu apa yang harus dilakukan.
Sarannya ini sebenarnya bagus dan masuk akal. Namun di Inggris, menjadi persoalan ketika negara menyarankan orang tua untuk melakukan sejumlah langkah memperbaiki hubungan dengan anak. Mereka membacanya sebagai campur tangan negara pada proses parenting sebuah keluarga.

Konsep PDAC


Seringkali kita menghadapi masalah pekerjaan di tempat kerja yang seolah olah tidak pernah selesai, bahkan beban pekerjaanpun tiap hari terasa semakin menumpuk padahal kita merasa sudah bekerja dengan sebaik-baiknya. Lalu apa yang semestinya kita lakukan..? Bagaimana kita mengatasi masalah ini? Benarkan kita sudah bekerja dengan sebaik-baiknya? 
Didalam ilmu manajemen, ada konsep problem solving yang bisa diterapka ditempat kerja kita yaitu imenggunakan pendekatan P-D-C-A sebagai proses penyelesaian masalah. Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A dapat diartikan sebagai proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan sistematis. Secara ringkas, dapat dijelaskan sebagai berikuti:
1. P (PLAN = Rencanakan)
Artinya merencanakan SASARAN (GOAL=TUJUAN) dan PROSES apa yang dibutuhkan untuk menentukan hasil yang sesuai dengan SPESIFIKASI tujuan yang ditetapkan. PLAN ini harus diterjemahkan secara detil dan per sub-sistem.

2. D (DO= Kerjakan)
Artinya MELAKUKAN perencanaan PROSES yang telah ditetapkan sebelumnya. Ukuran-ukuran proses ini juga telah ditetapkan dalam tahap PLAN. Dalam konsep DO ini kita harus benar-benar menghindari penundaan, semakin kita menunda pekerjaan maka waktu kita semakin terbuang dan yang pasti kerjaan akan bertambah banyak..

3. C (CHECK=Evaluasi)
Artinya melakukan evaluasi terhadap SASARAN dan PROSES serta melaporkan apa saja hasilnya. Kita mengecek kembali apa yang sudah kita kerjaan, sudahkan sesuai dengan standar yang ada atau masih ada kekurangan.

4. A (ACT = Menindaklanjuti)
Artinya melakukan evaluasi total terhadap hasil SASARAN dan PROSES dan menindaklanjuti dengan perbaikan-perbaikan. Jika ternyata apa yang telah kita kerjaan masih ada yang kurang atau belum sempurnya, segera melakukan action untuk memperbaikinya. Proses ACT ini sangat penting artinya sebelum kita melangkah lebih jauh ke proses perbaikan selanjutnya.
Nah, bagaimana dengan Anda, apakah di perusahaan Anda sudah melakukan hal yang serupa? 
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk sahabat-sahabat semua..
Selamat berkarya dan salam sukses..