Senin, 27 September 2010

Teknik Memotivasi

 
              Dalam rangka menulis sebuah buku motivasi dan pengembangan diri, saya belajar keras meneladani para pembicara dan penulis motivasi, tentang bagaimana cara mereka menyampaikan materinya.

Selama ini, kita mengenal ada dua macam pembicara motivasi terkait dengan teknik-teknik motivasinya:

1. Ada pembicara motivasi yang mengambil jalur "inspirational speaker" seperti yang ditempuh Pak Jamil Azzaini yang dengan tegas membranding diri sebagai Inspirator SuksesMulia.

Ciri dari gaya ini adalah banyaknya mereka menggunakan pendekatan metafora, indirect command, permainan emosi, dan story telling.

Keindahan mereka ada pada kemampuan mereka dalam menyiratkan sesuatu secara halus dan bisa langsung masuk ke wilayah bawah sadar - kita tahu, bawah sadar punya dominasi kuat pada sikap dan perilaku.

2. Ada pembicara motivasi yang kita kenal dengan sebutan "motivational speaker". Saya cukup yakin bahwa sebagian besar pembicara motivasi dan para trainer adalah termasuk kelompok ini.

Ciri dari gaya ini adalah positioning mereka yang lebih banyak menjadi pendorong semangat dengan pendekatan-pendekatan logis dan masuk akal, atau dengan pendekatan direct command.

Keindahan mereka terletak pada kemampuan mereka untuk mempengaruhi orang lain untuk teryakinkan atau melakukan sebuah tindakan.

Saya menemukan, bahwa lebih jauh lagi dari kedua hal di atas, fenomena budaya Indonesia dan sekaligus fenomena Bahasa Indonesia, ternyata memberi peluang lebih luas dan lebih dalam terkait dengan teknik-teknik motivasi yang mungkin kita kembangkan di negeri ini.

Saya menyederhanakannya dengan dua pendekatan:

1. Macro Motivation

Yaitu sebuah model pendekatan teknik motivasi, yang berfokus pada gambaran besar suatu topik motivasional. Seorang pembicara motivasi yang berbicara tentang "Kita Pasti Bisa", akan mengeksplorasi segala hal di seputar topik itu, dalam rangka mempersuasi pembaca atau audiencenya untuk mengadopsi sebuah keyakinan atau mengambil tindakan. Dalam pendekatan ini, yang cenderung praktis, sang pembicara motivasi tidak terlalu memperhatikan bagaimana ia menggunakan kata-kata dan sistematikanya, melainkan hanya berfokus pada hasil akhirnya yaitu audience yang teryakinkan untuk mengambil tindakan. Rata-rata pembicara motivasi bergerak di wilayah ini.

Keindahan gaya ini terletak pada pergeseran massive yang diciptakan, setidaknya di ruang kelas, dari audience yang seperti menjadi orang lain dan berbeda antara pagi hari ketika mereka memasuki kelas dan sore hari ketika mereka meninggalkan ruangan.

2. Micro Motivation

Yaitu sebuah model pendekatan teknik motivasi, yang berfokus tidak hanya pada gambaran besar topik, melainkan juga mempertimbangkan berbagai detil bahkan sampai yang terkecil. Bukan tidak mungkin, sang pembicara motivasi dalam hal ini, melakukan riset yang mendalam tentang alternatif-alternatif proyeksi dampak dari berbagai cara penyampaian materi.

Keindahan gaya ini, adalah pada kemampuan pembicara motivasi itu sendiri dalam menggiring audience atau pembaca memasuki sebuah state, dan dengan handalnya mereka dipertahankan tetap berada di sana secara asosiatif. Selain itu, pembicara motivasi yang demikian sangat piawai dalam meng-utilisasi berbagai konsep paling mendasar di dalam dunia motivasi, yang terus mereka pertahankan di sepanjang sesinya, melalui disain yang apik.

Saya punya dua contoh yang menarik tentang model ini. Dua contoh itu adalah dua orang pembicara motivasi yang sangat luar biasa. Saya pribadi belum pernah belajar langsung kepada mereka, saya hanya baru belajar dari kata-kata mereka yang saya dengar atau saya baca.

Yang pertama adalah Kang Zen alias Nunu Zainul Fuad, yang selalu dan selalu memperhatikan rhyme di dalam materi-materi motivasinya. Rhyme adalah keindahan bunyi dari kata-kata, yang secara hipnotik membuat orang sangat menikmati iramanya, sehingga tidak punya kesempatan untuk melakukan "penolakan" terhadap isi dari materi. Pendekatan ini mirip dengan teknik metafora dan story telling yang punya dampak sama; jalur bebas hambatan melewati RAS dan langsung menuju ke wilayah bawah sadar.

Yang kedua, tentu saja Pak Mario Teguh, yang tak bisa dipungkiri menjadi salah satu yang terbaik saat ini. Saya cukup detil mengobservasi beliau demi pembelajaran saya, dan saya sharing sedikit di sini.

Pak Mario sangat super dalam memperhatikan dampak dari SETIAP kata-kata. Saya yakin beliau punya metodologi riset untuk yang satu ini. Kata-kata yang meluncur dari mulutnya, selalu berdampak pada hal-hal berikut ini:

- Menggiring audience atau pendengar memasuki sebuah state terkait konsep motivasi.
- Membuat audience atau pendengar terbuai dengan keindahan rhyme dan ritme dari kata-katanya.
- Mampu mempertahankan state itu di sepanjang sesi motivasinya.
- Mempu tetap menyuntikkan berbagai konsep dasar motivasi yang sebenarnya tidak langsung berhubungan dengan topik yang sedang di sampaikan, topik-topik mendasar yang menjadi keyakinan dasar setiap orang.

Contoh yang paling sederhana adalah seperti yang berikut ini.

Kita sangat terbiasa menggunakan pasangan kata-kata seperti "kekurangan" dan "kelebihan".

Pak Mario Teguh menggunakannya dengan berorientasi pada micro motivation.

Menggunakan pasangan kata itu, Pak Mario akan menyampaikannya begini:

"Kekurangan" dan "Pelebihan"

Dengan cara seperti di atas, inilah yang bisa saya amati:

- Kedua kata itu menjadikan konsep dasar motivasi "the power of contrast" - sebagai bagian dari teknik persuasi, menjadi lebih kuat.
- Di dalam kedua pasangan yang digunakan itu, makin menonjolkan konsep dasar motivasi "sabar, syukur, menerima" terimplikasi di dalamnya, dan secara tidak langsung berkonotasi dengan "kebaikan" dan "kepantasan" - dua kata yang menjadi favorit beliau.
- Kata "kekurangan" terasosiasi sebagai sesuatu yang melekat pada diri sendiri, dan kata "pelebihan" terasosiasi sebagai sesuatu yang diberikan oleh pihak lain, yaitu Tuhan. Di sinilah, permainan state beliau menjadi sangat luar biasa, terlepas dari segala kontroversi tentang tata bahasa.

Menarik bukan?

Semoga bermanfaat.

sumber : Ikhwan Sopa (Master Trainer E.D.A.N.)