Kamis, 24 Juni 2010

5 Level Trainer





Sebagai seorang Trainer Coach yang banyak mengajar para internal trainer di perusahaan (corporate trainer) maupun mereka yang tertarik untuk menekuni profesi mandiri sebagai trainerpreneur, saya membedakan orang-orang yang hadir dikelas—atau berkonsultansi dengan—saya dalam lima level kemungkinan. Pelevelan ini tidak disusun berdasarkan studi dan riset yang mendalam, tetapi juga tidak turun dari langit seperti wangsit paranormal. Dasar pelevelan ini secara hipotesis mencerminkan pengalaman dan pengamatan saya sendiri selama hampir 20 tahun berkecimpung di industri pelatihan (saya memperoleh sertifikasi formal pertama tahun 1991 dari Dale Carnegie Training dengan nilai terbaik untuk angkatan tersebut).

Trainer Level 0 (TL-0) adalah mereka baru menjadi peserta program pelatihan tertentu, dan tertarik untuk suatu hari nanti menjadi trainer yang membawakan materi yang sama. Mereka belum memiliki pengalaman sedikitnya pun mengenai materi pelatihan dan baru terbuka mata budinya ketika mengikuti pelatihan untuk pertama kalinya. Umumnya minat menjadi trainer tumbuh karena mereka merasakan dampak yang luar biasa dari proses pelatihan yang diikutinya. Pelatihan itu telah mengubah hidup mereka, sekali untuk selamanya. Umumnya TL-0 ini disebut trainee.

Trainer Level 1 (TL-1) adalah mereka yang sudah pernah mengikuti pelatihan tertentu—misalnya pelatihan Teknik Presentasi Efektif atau Selling Skill—dan kemudian ikut lagi sebagai alumni sekaligus asisten trainer yang bertugas. Peran mereka terbatas sebagai orang yang sudah tahu materi lebih dulu dan bisa menjelaskan apa yang akan dialami peserta dalam sesi-sesi pelatihan. Memimpin diskusi kelompok atau melakukan energizer adalah dua peran yang galib mereka lakukan. Di lembaga pelatihan seperti Dale Carnegie Training, TL-1 ini disebut sebagai graduate assistant. Umumnya kehadiran mereka bersifat sukarela dan mereka tidak mendapatkan imbalan finansial atas keterlibatannya itu.

Trainer Level 2 (TL-2) adalah mereka yang sudah memutuskan untuk menjadi full-time trainer, menjadi professional trainer. Mereka umumnya sudah masuk dalam suatu proses pembelajaran khusus untuk mendapatkan lisensi atau sertifikasi dari lembaga yang kredibel. Sebagian di antara mereka mungkin ada yang sudah lulus sertifikasi. Namun baik mereka yang belum lulus maupun yang sudah lulus, saya masukkan ke dalam kategori TL-2 karena mereka melaksanakan pelatihan yang bersifat standar, ketat mengikuti instructor manual. Modul atau pun program pelatihan yang mereka bawakan bersifat standar dan mereka belum memiliki kemampuan untuk menyesuaikan materi guna kebutuhan spesifik klien (customizing). Dengan lain perkataan, mereka melaksanakan pelatihan sesuai dengan text-book atau instruction guide dari lembaga pelatihan yang memberikan sertifikasi atau lisensi kepada mereka. Sebagian besar internal trainers di perusahaan-perusahaan terkemuka adalah TL-2 ini. Sebagian trainerpreneur pemula yang masih dalam tahap perjuangan juga masuk dalam kategori ini. Dengan modal lisensi atau sertifikasi yang baru mereka peroleh, dari dalam atau pun luar negeri, mereka mencoba menawarkan jasanya ke masyarakat luas. Mereka masih sangat sering menggunakan istilah-istilah teknis yang memerlukan penjelasan bertele-tele, tetapi tidak memiliki manfaat praktis bagi peserta pelatihan.

Trainer Level 3 (TL-3) adalah trainer dengan jam terbang yang cukup untuk bisa melakukan berbagai proses customization sesuai kebutuhan klien atau peserta program pelatihan. Mereka bukan hanya mampu melakukan customization di dalam proses mengajar (in-class customization) untuk memenuhi kebutuhan spesifik peserta, tetapi juga bisa membuang dan menambahkan materi dari suatu program pelatihan (programme customization) untuk memenuhi kebutuhan mental-emosional pihak manajemen perusahaan—yang biasanya bukan peserta pelatihan, tetapi memiliki otoritas untuk menentukan jalan tidaknya sebuah pelatihan di perusahaan terkait. Artinya, TL-3 ini memiliki conceptual thinking yang cukup kuat dan mampu menyeimbangkan antara sistimatic thinking process dengan creative thinking process. Pada level ini berkumpul dua kelompok: pertama, para trainer-senior-gajian (internal trainers); dan kedua, trainerpreneur madya yang mulai mantap dengan pilihannya.

Trainer Level 4 (TL-4) adalah trainer dengan kemampuan merancang modul dan program pelatihan secara mandiri. Mereka tidak lagi sekadar mampu melakukan penyesuaian (customization), melainkan bisa merancang suatu program pelatihan yang baru secara lengkap (creating a new training programme). Artinya TL-4 bukan hanya mampu membuat modul pelatihan, tetapi juga mampu membuat instructor guide/manual agar pelatihan itu bisa dilakukan oleh pihak lain. Umumnya TL-4 juga telah memiliki karya tulis populer atau buku-buku berkualitas yang membuktikan kemampuan mereka berpikir secara mendalam dan konseptual. Mereka tidak lagi sekadar orang yang bisa mengutip pendapat dan pandangan pakar tertentu, tetapi juga sudah memiliki pandangan sendiri yang didasarkan pada argumen-argumen rasional yang tak mudah dipatahkan.

Kawan-kawan yang masuk kategori TL-4 adalah trainerpreneur dalam pengertian yang sesungguhnya. Mereka bukan trainer-gajian, tetapi entrepreneur dibidang pelatihan. Sebagian di antara mereka bahkan sudah berkolaborasi membangun tim kerja atau jejaring yang saling mendukung satu sama lain. Mereka secara relatif telah menemukan gaya dan metodenya yang unik untuk dikembangkan lebih lanjut.

Trainer level 5 adalah trainer dengan kemampuan melakukan standarisasi proses berpikir mereka, sehingga dapat mulai melakukan duplikasi secara sistematik untuk menjadi franchising business. Karakteristik utama mereka adalah kemampuan melakukan duplikasi diri tanpa mengorbankan kualitas pelatihan itu sendiri; dan kemampuan manajemen pemasaran yang juga terstandarisasi dengan baik. Dalam sejumlah kasus, TL-5 ini telah berhasil membangun tim kerja yang handal untuk melakukan proses penciptaan program baru dan proses pemasarannya sekaligus. TL-5 adalah trainerpreneur yang tidak saja menjadi kaya, tetapi kaya raya. Almarhum Dale Carnegie (1888-1955), Zig Ziglar, Stephen R. Covey, Anthony Robbins, Robert T. Kiyosaki, hanyalah sekadar contoh yang paling mudah disebut untuk menunjukkan sosok TL-5 ini.

Menjadi TL-5, itulah cita-cita yang pantas bagi setiap trainerpreneur di negeri ini. Cita-cita ini perlu dipancangkan dan kemudian diperjuangkan dengan gigih agar Indonesia tidak hanya menjadi ajang tempat penjualan jasa pelatihan asing. Sudah waktunya trainerpreneur-trainerpreneur yang berbakat besar untuk unjuk gigi memajukan negeri. Ary Ginanjar sudah merintisnya dengan pelatihan ESQ yang berkembang sampai ke mancanegara.

Siapakah yang siap untuk menyusul?

***

* Artikel ini merupakan bagian dari konsep materi yang disampaikan dalam pelatihan CARA CERDAS DAN PASTI: MENJADI TRAINER ANDALAN
(Sumber : Andrias Harefa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar